Dari pemantauan tim liputan berita berita Bandung , kondisi pasokan gas elpiji sudah mulai berjalan baik. Saat mengunjungi distributor resmi PT. Limas Raga Inti, Rabu (17/12) suasana disana nampak lengang.
Berbeda dengan 1 minggu lalu, antrian panjang selalu menghiasi Jl. Emong, Bandung . Untuk mendapatkan gas elpiji ukuran 12 kg, masyarakat harus mengantri berjam-jam, bahkan bisa seharian.
Walaupun suasana lengang, beberapa karyawan terlihat sibuk mengurus order pesanan dari para agen di sekitar Bandung . Menurut pengakuan Yono Syarif, Kepala Penjualan Limas Raga, semenjak kelancaran pasokan gas elpiji dari terminal pengisian, tempatnya selalu saja diserbu para agen. Dalam tiap harinya ia mengeluarkan 400 tabung ukuran 12 kg, sampai saat ini kita masih kewalahan mengurusi pesanan para agen yang bisa mencapai 1600 tabung.
Untung saat ini pesanan gas waiting list, jadi harus buat janji 2 - 3 hari, ungkapnya. Harga jual tidak mengalami kenaikan, pihaknya menjual gas elpiji 12 kg Rp. 69.000 dan Rp. 72.000 bila diantar.
Kondisi pasokan gas ukuran 3 kg juga berjalan lancar, ketika melihat Agen Subur Abadi di Jl. Emong, Bandung , pasokan gas disana nampak tercukupi. Terlihat truck pengangkut gas elpiji 3 kg sedang bongkar muatan, tak lama dari itu para agen kecil berdatangan mengambil tabung gas 3 kg dengan menggunakan motor.
Pengakuan Mulyadi, Staff Subur Abadi, memang pasokan gas saat ini sudah lancar, namun pada kenyataannya perhari pasokan dikurangi sekitar 30 %, tidak seperti hari biasa yang dikirim 2.000 tabung, paling sekarang hanya 1500 atau 1700 tabung, akunya.
Kita tidak bisa berharap apa-apa, itu semua tergantung stasion pengisian, menurut prediksinya kelancaran pasokan gas akan berjalan hingga natal dan tahun baru. Masyarakat diharap jangan panik bila mendengar kabar kelangkaan elpiji, kepanikan justru bisa dimanfaatkan spekulan untuk mencari untung.
Pihaknya menjual gas elpiji 3 kg dengan harga Rp.12.000, disini kita menjual sesuai harga yang ditentukan pemerintah, ungkapnya.
Kondisi langkanya bahan bakar gas memang sudah sering dialami, semua itu disebabkan ketidaksiapan pemerintah dalam program konversi minyak tanah ke gas. Sebaiknya masyarakat harus tetap tenang dan mengampil jalan keluar sehingga kesemerawutan distribusi elpiji tidak terjadi lagi. (Ade Indra)